Recent Posts

On 18.45 by Unknown in ,    No comments

Perayaan natal sungguh gemerlap, penuh gegap gempita, hiasan pohon – pohon cemara lengkap dengan kerlap – kerlip lampu warna –warni disertai beragam hadiah dibawahnya. Dari tahun ke tahun, peringatan ini nampaknya makin meriah dan prestisius! Hampir semua stasiun televisi menyiarkannya, bahkan semua acara – acara TV pun dikemas dalam kemasan natal yang apik, mulai dari setting tempat, lighting ruang syuting, hingga pakaian dan asesoris – asesoris presenternya. Instansipun secara resmi merayakan di kantor maupun di hotel.
Begitu maraknya perayaan natal ini, setidak – tidaknya menyisakan tiga kesan. Pertama, bahwa perayaan natal seolah – olah sebuah ritual yang memiliki landasan nilai kebenaran yang kuat dan shahih.
Kedua, perayaan natal telah memiliki “maqam” gengsi dan menjadi simbol status social di masyrakat. Sebuah simbol yang menjadi kebanggaan bagi siapa yang merayakannya. Sebaliknya, mereka yang tidak memeriahkan natal terkesan tidak prestesius. Ketiga, seolah – olah Nasrani adalah kaum mayoritas di negeri ini, padahal secara statistic jumlah mereka tidak lebih dari 15 persen.
Berbeda dengan gemerlapnya perayaan natal, ada realitas histories yang mencengangkan, menguak tabir rahasia dibalik peringatan natal 25 Desember. Tidak banyak kalangan – termasuk umat nasrani – yang paham sejarah perayaan natal. Penyebab utamanya adalah minimnya literature yang membahas masalah tersebut, kalau pun ada, itu hanya terbatas bahwa natal adalah peringatan kelahiran Yesus, titik, tidak lebih. Langkanya literature yang menyinggung perayaan ini, seharusnya cukup menggelitik kita untuk bersikap kritis, benarkah hari natal diperingati tiap tanggal 25 Desember? Jika benar, lantas apa landasan hukumnya? Jika tidak, lalu bagaimana sebenarnya sejarah penetapan 25 Desember sebagai kelahiran Yesus, yang pada akhirnya diperingati sebagai hari natal?

AKAR KATA YESUS
Yesus dalam tradisi sejarah umat Islam sebenarnya adalah Isa Al Masih putra Maryam. Sebutan "Isa" (dalam bahasa Arab) berasal dari bahasa Ibrani dari kata "Esau". Dalam bahasa Latin nama itu menjadi "Yesus". Munculnya nama Yesus terjadi pada peristiwa pengadilan Isa Al Masih oleh mereka yang hadir dengan menambahkan huruf "J" pada awal dan "S" pada akhir kata "Esau" sehingga menjadi Yesus. Nama Yesus baru populer pada abad ke-2. Populernya nama Yesus akhirnya menenggelamkan nama asli Esau di kalangan Kristen. Sedangkan Al Qur'an dan umat Islam tetap mempertahankan nama Esau ( Isa dalam dialektika Arab ). Sedangkan kata Masyiakh, Messiah, atau Mesyah berasal dari bahasa Arab dari kata masaha dengan tiga huruf mati yang dikandungnya yaitu: m-s-h yang berarti mengusap. Dalam perkembangan selanjutnya orang Yunani mengubah sebutan Messiah bagi Isa menjadi Kristos yang berarti yang disiram dengan minyak (diurapi). Oleh orang Eropa, Yesus disebut Christus atau Kristus, yaitu Sang Penyelamat atau Sang Penebus Dosa.

KONTROVERSI KELAHIRAN YESUS DAN SEJARAH NATAL
Untuk menyibak tabir Natal pada tanggal 25 Desember yang diyakini sebagai Hari Kelahiran Yesus, marilah kita simak apa yang diberitakan oleh Bibel tentang kelahiran Yesus sebagaimana dalam Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, 11 (Markus dan Yohanes tidak menuliskan kisah kelahiran Yesus). Lukas 2:1-8:
Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing dikotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud-supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung. Ketika mereka disitu tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya didalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka dirumah penginapan. Didaerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Jadi, menurut Bibel, Yesus lahir pada masa kekuasaan Kaisar Agustus yang saat itu yang sedang melaksanakan sensus penduduk (7M=579 Romawi). Yusuf, tunangan Maryam ibu Yesus berasal dari Betlehem, maka mereka bertiga ke sana, dan lahirlah Yesus Betlehem, anak sulung Maria. Maria membungkusnya dengan kain lampin dan membaringkannya dalam palungan (tempat makanan sapi, domba yang terbuat dari kayu). Peristiwa itu terjadi pada malam hari dimana gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang rumput.
Menurut Matius Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka. Maka masuklah mereka kedalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibunya. Jadi menurut Matius, Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodus yang disebut Herodus Agung yang memerintah tahun 37 SM-4 M (749 Romawi), ditandai dengan bintang-bintang yang terlihat oleh orang-orang Majusi dari Timur. Cukup jelas pertentangan kedua Injil tersebut (Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, 11) dalam menjelaskan kelahiran Yesus. Namun begitu keduanya menolak kelahiran Yesus tanggal 25 Desember. Penggambaran kelahiran yang ditandai dengan bintang-bintang di langit dan gembala yang sedang menjaga kawanan domba yang dilepas bebas di padang rumput beratapkan langit dengan bintang-bintangnya yang gemerlapan, menunjukkan kondisi musim panas sehingga gembala berdiam di padang rumput dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari sengatan matahari. Sebab jelas 25 Desember adalah musim dingin. Sedang suhu udara di kawasan Palestina pada bulan Desember itu sangat rendah sehingga salju merupakan hal tidak mustahil. Bagi yang memiliki wawasan luas, hati terbuka dan lapang dalam mencari kebenaran, kitab suci Al-Qur'an telah memberikan jawaban tentang kelahiran Yesus (Isa alaihissalam). "Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (Maryam) bersandar pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan". Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu (untuk minum). Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu kearahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu." (Surat Maryam: 23-25)
Jadi menurut Al Qur'an Yesus dilahirkan pada musim panas disaat pohon-pohon kurma berbuah dengan lebatnya. Buah kurma yang masak gampang rontok, maka wajar jika hanya digoyang saja buah itu akan gugur. Untuk itu perlu kita cermati pendapat sarjana Kristen Dr. Arthus S. Peak, dalam Commentary on the Bible - seperti dikutip buku Bible dalam Timbangan oleh Soleh A. Nahdi (hal 23): Yesus lahir dalam bulan Elul (bulan Yahudi), bersamaan dengan bulan: Agustus - September.
Sementara itu Uskup Barns dalam Rise of Christianity - seperti juga dikutip oleh Soleh A. Nahdi berpendapat sebagai berikut: There is, moreover, no authority for the belief than December 25 was the actual birthday of Jesus. If we can give any credence to the bith-story of Luke, with the shepherds keeping watch by night in the fields near Berhlehem, the birth of Jesus did not take place in winter, when the night temperature is so low in the hill country of judea that snow is not uncommon. After much argument our christmas day seems to have been accepted abaut A.D. 300.
(Kepercayaan, bahwa 25 Desember adalah hari lahir Yesus yang pasti tidak ada buktinya. Kalau kita percaya cerita Lukas tentang hari lahir itu dimana gembala-gembala waktu malam menjaga di padang di dekat Bethlehem, maka hari lahir Yesus tentu tidak di musim dingin di saat suhu di negeri pegunungan Yudea amat rendah sekali sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil. Setelah terjadi banyak perbantahan tampaknya hari lahir tersebut diterima penetapannya kira-kira tahun 300 Masehi).
Kata natal sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran Isa Al Masih - yang mereka sebut Tuhan Yesus. Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April, atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal).
Demikian sekelumit pembahasan seputar peringatan natal 25 Desember, diharapkan tidak hanya akan menambah khazanah keilmuan, tetapi juga akan menguatkan keimanan dan akidah Islam kita, bahwasanya tiada satupun agama di dunia ini yang benar – benar orisinil, terpelihara keotentikannya dari campur tangan manusia kecuali Islam. Pun demikian, pembahasan diatas juga secara gamblang memaparkan lemahnya hujjah mereka terhadap landasan peringatan hari natal. Sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk ikut serta merayakannya, bergembira di hari itu, bahkan memberi ucapan “merry chrismast” kepada mereka. Karena sungguh yang demikian akan merusak akidah dan Syahadatain yang kita ikrarkan tiap hari dalam shalat. Ini bukan sekedar masalah menjaga kerukunan umat beragama, tapi jauh lebih besar lagi, masalah keselamatan di akhirat, jika Syahadat kita ditolak oleh Allah, karena sesungguhnya bergembira dan memberi ucapan selamat di hari natal sama artinya dengan kita membenarkan dan ridho terhadap syiar – syiar hari raya mereka yang bathil itu.
Semoga Allah selalu memberi petunjuk ke jalan lurusNya. Agar terhindarkan dari fitnah syubuhat. Wallahumusta’an
'ray'

0 komentar:

Posting Komentar